Cuaca
Jakarta yang kemarau mendorong seluruh orang sebisa mungkin menghindari panas
terik matahari. Suhu Jakarta di bulan Nopember 2014 mencapai 39-40° celcius.
Panasnya Jakarta mengganggu psikologi sebagian masyarakat, mendadak mudah marah
(emosional) + malas keluar kantor/rumah + mengganggu produktifitas, dll. Entah
benar atau tidak, analisa mengenai korelasi tersebut bisa memberi kesan kalau
kami : komunitas yang pintar.
Seperti
percakapan pintar kami di Blackberry Massenger Group, yang berujung pada sebuah
destinasi wisata di Kepulauan Seribu : Pulau Semak Daun. Seribu tanya datang
berputar-putar di atas kepala : Bagaimana menjelaskan pada diri sendiri, di
saat cuaca Jakarta yang sebegitu teriknya, kami bersepakat mendatangi wilayah
yang seluruhnya adalah area panass yaitu Pantai! Percaya atau tidak, ini yang
kami sebut dalam Prologue Arnacala Indonesia : Panggilan Semesta. Di titik ini,
kami tidak berhasil menolak panggilan semesta, yang mana artinya kami belum
berhasil melakukan tugas yang dibebankan oleh sang pemikir alam. Pulau Semak
Daun pun tersenyum sumringah, menanti kedatangan kami.
Persiapan
dilakukan sederhana, hanya menyerukan kepada adventurer yang berkenan untuk
turut memenuhi panggilan ini. Schedule dibuat di tanggal 25-26 Oktober hari
Sabtu & Minggu, ini diputuskan untuk menghindari hari kerja. Biaya
sepenuhnya berada di kantong masing-masing, tidak dikoordinir oleh “si
koordinator”. Di benak kami, terbayang Pulau yang menenangkan pikiran yang
sehari-hari disibukkan pekerjaan & menenangkan hati yang sehari-hari diisi
dengan kesedihan meratapi kesendirian. Benar saja, (sekali lagi) analisa
dijawab realita. Mereka yang berangkat, (secara pornologis –istilah sendiri-)
ialah mereka yang bermasalah secara porn dan secara biologis.
Satu
: Bani Zulkarnain; Dua : Sendy Nikita; Tiga : Adriyan Septiansyah; Empat :
Rajif Rudiatmo; Lima : Rubby Arlian; Enam : Julian Abdul Wazir; Ketujuh : Eko
Budihartanto; dan pemain di atas pemain-pemain di atas yaitu Christian Januar…
Sabtu,
25 Oktober, kami yang semalam tidur di satu tempat di kos-an Ryan (1 kos 8 pria
–pornologis-), bangun pukul 05.00 pagi. Satu jam lakukan persiapan, di pukul
06.00 kami berangkat menggunakan angkot hasil carter dari depan BTN Harmoni.
Rasanya, angkot terasa sesak penuh, bukan oleh orang-orang tetapi oleh
barang-barang. Perabotan yang kami bawa dikesankan seolah kami menanggung galau
diusir oleh kekasih yang sebenarnya kami tidak punya. Tiba di Muara Angke, kami
langsung gegas mencari kapal dengan tujuan Pulau Pramuka. Empat jam perjalanan
dari Pukul 07.00 pagi
Putus
sinyal, bersambungg ---menunggu cerita after perjalanan mereka dari Semak Daun
Island---
Satu
minggu kemudian..
Entah,
harus senang, haru, atau bingung. Analisa pornologis para adventurer of island
menjadi sebuah fakta historis perjalanan komunitas ini. Kami yang biasa
berurusan dengan gunung (ketinggian) dibuat mabok laut. Keindahan panorama
laut, kami coba nikmati dalam keadaan kontraksi senyum kecut menahan mual.
Pukul 11 siang kami menepi Pulau Pramuka, melanjutkan pelayaran menjelajah laut
Jakarta menggunakan Ojek Kapal ke Pulau Semak Daun. “Kapal mewah bergaya ojek”
ini berkapasitas 15-20 orang.
Pulau
Semak Daun menggoda kedatangan kami dengan terik mataharinya. Panasnya jam
sebelas siang di daratan Jakarta sungguh tak seberapa panasnya jam sebelas
siang di pulau tengah laut seperti ini. Polisi pantai yang kaya di film
Baywatch begitu, periksa tas-tas pengunjung. Rombongan lain aman, tidak membawa
barang bawaan yang mencurigakan. Tiba saatnya rombongan kami, dengan antri dan
sabar satu per satu diperiksa oleh polisi pantai tersebut.
Pemeriksaan
agak tersendat di chris…. (deg deg deg deg….). Kami yang sudah berada agak
depan dari lokasi pemeriksaan harus sedikit mendekat kembali untuk mengetahui
apa yang terjadi. Selidik punya selidik, chris kedapatan membawa TISSUE MAGIC!
tissue gairah untuk aceng yang tahan lebih lama! O, em, jiiiiii…. (OMG), jantung
berdebar bukan karena kami takut dikirim kembali ke Muara Angke, melainkan
berdebar kencang karena KAMI TAKUT ORANG SALAH PAHAM DENGAN KAMI!
Analisa
pornologis yang dibuat di hari Sabtu pagi, terbukti : kami, komunitas yang
pintar!
Di
blog ini, kami berdelapan (eh, bertujuh), ingin menegaskan “KAMI BUKAN GAY..”
Jumlah wisatawan yang saat itu banyak gilaa sedang menunggu antrian diperiksa :
pasang wajah bengong dan takut (khususnya laki-laki). Di atas kepala mereka
muncul tulisan : “Delapan orang pria ke Pulau Semak Daun membawa Tissue Magic,
ngapainnn?” Perempuan di dekat kami, nyeletuk : “Hah? ngapain bawa gituan,
rombongannya kan semua cowo?!” jleb!
Saat
di-interogasi, chris berkilah tissue magic tersebut diberikan seorang temannya.
Trus, pertanyaannya : “ngapain disimpen chris chris? mau dipake buat apaan
situ? ada emang lawannya?” disimpan untuk gaya-gayaan aja. (au ah elap)..
Kini,
seluruh penduduk Pulau Semak Daun memperbincangkan kasus tersebut, menjauhi
kami, tinggallah kami berdelapan (akibat ulah 1 orang, semua menanggung
derita). Mengetahui hal tersebut, kami mendirikan tenda di lokasi yang agak
minggir ke got yaitu dekat tepi pantai di bawah pepohonan. Satu galon untuk
keperluan sampai hari minggu sudah kami pesan dan logistik kecil-kecilan yang
kami bawa dari Jakarta, seluruhnya kami keluarkan dari tas.
Istirahat
sejenak, lalu mendadak menggila sambil maen aer : berendam, lompat, tidur,
berkubur di dalam pasir, renang, dan foto-foto menjadi keriangan tersendiri.
Sementara, seluruh penduduk & pendatang Pulau Semak Daun terus
memperhatikan kami.
Malamnya,
kami bikin api unggun dari bambu-bambu yang engga kepake di Pulau. Sebenarnya
sih, mau beli, cuma kehabisan. Plan kedua mau minta ama pendatang lain, udeh
keburu kepikiran kejadian tissue magic tadi.. hufhh (chris chris..) Akhirnya
kami kumpulin tuh bambu-bambu dan dengan sedikit usaha, api unggun pun menyala.
Suasana penuh romantisme pun hadir, ditemani senandung nyanyian diiringi
petikan gitar, membuat kami (delapan cowo) ini merasa semakin erat dan nyaman
satu sama lain. Tidak terasa, kami tertidur, dan saat bangun : KAMI SALING
BERPELUKAN ! Tidaaakkkkkkkk……………
Pulang,
dijemput ojek kapal pukul 8 pagi. Di antara perjalanan Semak Daun ke Pramuka,
kami disuguhkan spot snorkeling yang tanpa ragu kami langsung mencobanya. Air
yang jernih dan banyak ikan di sekitaran spot menjadikan tempat ini
menyenangkan. Benar-benar menyenangkan.
Puas
snorkeling, kami lanjutkan perjalanan ke Pulau Pramuka untuk ganti kapal.
Perjalanan pulang ini menjadi menegangkan karena ini (ternyata) nyata kami
alami. Kapal yang kita naiki (di tengah laut nih), mendadak ada problem. Pikir
kami saat itu, engga karuann.. Bayangin, di tengah laut, engga ada orang satu
batang pun kelihatan dari kapal lain. Setelah sempat terombang-ambing,
pertolongan datang beberapa jam kemudian, akhirnya kapal kita di-derek oleh
kapal lain dan dibawa ke Pulau Onrust. Di sini, kami sempat makan dan foto unyu
dulu..
Perjalanan
dilanjutkan, tapi amsiong bukan ke Muara Angke, melainkan ke Pelabuhan Kaliadem.
Kami memutuskan untuk naik di atap kapal, macem kampanye partai gitu deh.. Di
atap rasanya deg deg ser, ombak yang hantem kapal kenceng-kenceng membuat kapal
berguncang-guncang engga karuan. Wah, di tengah kepanikan menahan hantaman
ombak, Eko dan Rajif main catur magnet coy (anjrit) di atap kapal. Kebayang
kan, di tengah pressure dan ancaman atas keselamatan jiwa, mereka tetap harus
berpikir.. Yang menang ? Gantung di tengah jalan tandingnye..
Sampai
di Pelabuhan Kaliadem pukul 6 sore, kami naik angkot kembali ke Jakarta.
Terima
kasih, semesta..
Budget
:
- Charter angkot dari Harmoni Rp. 100.000,-
- Kapal tujuan Pulau Pramuka dari Muara Angke Rp. 40.000/org
- Ojek Kapal Tujuan Pulau Semak Daun dari Pulau Pramuka Rp. 350.000
- Registrasi Pulau Semak Daun Rp. 5.000/org
- Nenda Rp. 35.000
Schedule
:
Sabtu,
25 Oktober 2014
- Pukul 06.00 – 07.00 : Perjalanan charter angkot dari Harmoni ke Muara Angke
- Pukul 07.00 – 11.00 : Berlayar dari Muara Angke ke Pulau Pramuka
- Pukul 11.00 – 13.00 : Berlayar dari Pulau Pramuka ke Pulau Semak Daun
Minggu,
26 Oktober 2014
- Pukul 08.00 – 12.30 : Berlayar dari Pulau Semak Daun + snorkeling + terombang ambing di kapal 1,5 jam + menepi di Pulau Onrust + lanjut ke Pulau Pramuka
- Pukul 13.30 – 17.50 : Berlayar menuju Pelabuhan Kaliadem
Tidak ada komentar:
Posting Komentar