Esok,
ketika langit terang, ia tidak berubah, sama seperti dulu : membangunkan aku,
dimana saat selesai mandi, sarapan pagi telah tersedia. Sore hari, ia pun masih
sama : menunggu di pintu depan rumah menyambut rasa letihku dengan senyuman
penuh kasih. Berhari-hari, berminggu-minggu, dan bertahun-tahun, sampai aku
dapat tumbuh menjadi seperti sekarang ini adalah tak lepas dari campur
tangannya. Sisi hidupku yang minus, (sungguh), sepenuhnya adalah kelalaian
karena ku tidak mematuhinya. Sesal datang kemudian..
Ia
mengenalkanku pada banyak hal : pada semesta, untuk mengetahui hidup di dunia
tidak sendiri. Pernah suatu hari, di hari Sabtu puluhan tahun lalu, aku dan ia
bermain bersama di salah satu taman kampung tempat kami tinggal. Tak sekali,
setiap pagi dan sore hari, ia menuntunku dengan tangan kiri, bersenda gurau di
bawah pohon teduh hijau nan asri. Dari bibirnya yang tak kenal lelah
menasihatiku, aku ingat satu hal yang aku yakini sampai kini (mungkin hingga
mati), membawaku pada komunitas ini (Arnacala Indonesia). Di depan kedua
mataku, ia sampaikan dengan teladan nyata : buang sampah ini pada tempatnya..
Sungguh,
di kesempatan bahagia ini, aku tidak ingin larut menjelaskan hubungan seorang Ibu
dengan kecintaanku pada alam negara ini, Indonesia. Karena : aku meyakini di
setiap pencapaianku, (aku ulangi) di setiap pencapaianku, selalu tersirat doa
dan harapan baiknya padaku. Dari caranya melepasku di setiap petualanganku, aku
belajar meredam kegelisahannya. Dari harapan baiknya padaku, aku belajar
memenuhi keinginannya : menjadi seorang patriot yang tumbuh bukan dari
slogan-slogan, melainkan tumbuh dari mengenal Indonesia dengan alamnya.
Maafkan
aku, untuk kealpaanku di setiap petualanganku, karena ku lebih mengingat
ucapanku untuk kekasih dan teman-temanku. Sekali lagi, aku mohon restu simbah
sujud di kakimu pada malam ini, maafkan atas kesalahan-kesalahanku. Betapapun
besar dan hebat pemberianku padamu, tidak akan pernah dapat menggantikan darah
yang pernah kau tumpahkan saat melahirkanku, tidak akan pernah mampu membalas
air susumu yang telah mengalir di darahku.
Entah
bagaimana, aku membalas semua ini, hanya surga yang pantas untukmu nanti..
Terima Kasih Ibu..
Buatku,
Ibu adalah pekerjaan terbaik di semesta..
Tidak ada komentar:
Posting Komentar