Minggu, 21 Desember 2014

Terima Kasih Ibu..

Esok, ketika langit terang, ia tidak berubah, sama seperti dulu : membangunkan aku, dimana saat selesai mandi, sarapan pagi telah tersedia. Sore hari, ia pun masih sama : menunggu di pintu depan rumah menyambut rasa letihku dengan senyuman penuh kasih. Berhari-hari, berminggu-minggu, dan bertahun-tahun, sampai aku dapat tumbuh menjadi seperti sekarang ini adalah tak lepas dari campur tangannya. Sisi hidupku yang minus, (sungguh), sepenuhnya adalah kelalaian karena ku tidak mematuhinya. Sesal datang kemudian..

Ia mengenalkanku pada banyak hal : pada semesta, untuk mengetahui hidup di dunia tidak sendiri. Pernah suatu hari, di hari Sabtu puluhan tahun lalu, aku dan ia bermain bersama di salah satu taman kampung tempat kami tinggal. Tak sekali, setiap pagi dan sore hari, ia menuntunku dengan tangan kiri, bersenda gurau di bawah pohon teduh hijau nan asri. Dari bibirnya yang tak kenal lelah menasihatiku, aku ingat satu hal yang aku yakini sampai kini (mungkin hingga mati), membawaku pada komunitas ini (Arnacala Indonesia). Di depan kedua mataku, ia sampaikan dengan teladan nyata : buang sampah ini pada tempatnya..

Sungguh, di kesempatan bahagia ini, aku tidak ingin larut menjelaskan hubungan seorang Ibu dengan kecintaanku pada alam negara ini, Indonesia. Karena : aku meyakini di setiap pencapaianku, (aku ulangi) di setiap pencapaianku, selalu tersirat doa dan harapan baiknya padaku. Dari caranya melepasku di setiap petualanganku, aku belajar meredam kegelisahannya. Dari harapan baiknya padaku, aku belajar memenuhi keinginannya : menjadi seorang patriot yang tumbuh bukan dari slogan-slogan, melainkan tumbuh dari mengenal Indonesia dengan alamnya.


Maafkan aku, untuk kealpaanku di setiap petualanganku, karena ku lebih mengingat ucapanku untuk kekasih dan teman-temanku. Sekali lagi, aku mohon restu simbah sujud di kakimu pada malam ini, maafkan atas kesalahan-kesalahanku. Betapapun besar dan hebat pemberianku padamu, tidak akan pernah dapat menggantikan darah yang pernah kau tumpahkan saat melahirkanku, tidak akan pernah mampu membalas air susumu yang telah mengalir di darahku.

Entah bagaimana, aku membalas semua ini, hanya surga yang pantas untukmu nanti..


Terima Kasih Ibu..

Buatku, Ibu adalah pekerjaan terbaik di semesta..

Tidak ada komentar:

Posting Komentar